AHMAD SIDIK

AHMAD SIDIK
DAKWAH NET SIDDIQ

Selasa, 15 Maret 2011

green economy


Sepintas dilihat dari namanya, “Green Economy” memang merupakan sebuah istilah yang sangat baik. Sebagaimana berita yang dilansir oleh situs analisadaily.com, Menkeu mengatakan, kondisi ekonomi yang hendak diwujudkan kabinet Indonesia bersatu (KIB) II adalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan semboyan “pro growth, pro job, pro poor”. Nah, “Green Economy” menjadi salah satu bagiannya.
Akankah pemerintah berhasil mewujudkannya? Jawabnya tentu sangat bergantung dengan seberapa jauh persiapan yang telah disiapkan oleh pemerintah itu sendiri, mulai dari konsep hingga strategi yang digunakan.
Lebih dari itu, apabila kita mencoba untuk melihat lebih dalam lagi sesungguhnya permasalahan pembangunan ekonomi yang tidak bersahabat dengan lingkungan tidaklah hanya disebabkan permasalahan konseptual baik itu ekonomi, lingkungan hidup maupun perangkat hukum yang ada. Melainkan juga sudah terkait atau berkorelasi dengan falsafah dan visi-misi hidup manusianya.
Mengapa falsafah dan visi-misi hidup? Ini tidak lain adalah dikarenakan keterkaitan erat antara perilaku manusia dengan falsafah dan visi-misi hidup yang diyakininya. Oleh karenanya, ketika peringatan hari lingkungan hidup di tahun 2008 yang mengambil tema “ubah perilaku dan cegah pencemaran lingkungan” dilaksanakan mengandung satu pertanyaan yang begitu penting. Bagaimana caranya mengubah perilaku masyarakat yang ada saat ini? Padahal perilaku masyarakat dominan dipengaruhi oleh sistem Kapitalisme dan Sekularisme (yang telah terbukti hanya mendatangkan kerusakan) yang notabenenya justru dijadikan arahan dalam pelaksanaan dan pengelolaan sistem ketatanegaraan Indonesia.
Untuk itu, langkah besar yang perlu dilakukan untuk mencapai target “Green Eonomy” tidak lain adalah dengan mengubah terlebih dahulu sistem dasar dari negeri ini dari Kapitalisme dan Sekularisme menjadi Syariah Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar